Postingan

 Kepompong Biarlah kau menjadi kepompong Saat ini waktu yang tepat bagimu untuk memikirkan dan menanggung semua resiko yang akan kau hadapi Jadilah kepompong yang kelak  Ketika kau kembali Kau menjadi pribadi yang indah untuk dipandang Dan menjadi Semakin disegani Jadilah Kepompong Persiapkan diri untuk menjadi pribadi Yang tak lagi dicaci maki

Kenapa Aku

Kenapa aku yang Kau pilih  Untuk mendapatkan cobaan ini  Kenapa aku yang kau uji  Dengan rasa sakit Dan perih seperti ini

Di Luarmu

Sebenarnya ada baiknya juga jika aku berada di luarmu.  Di luar menjadikanku lebih objektif melihat permasalahan ini. Dan pikiranku pun tidak terlalu terbebani oleh beratnya persoalanmu sendiri.  Karena sebenarnya semua bermula dari kamu. Ya kamu...yang telah melakukan hal yang tak pernah ku duga sebelumnya.  Flashback ke belakang, sebenarnya dari awal kau bisa melepaskannya. Waktu itu sangat panjang sekali. Atau mungkin kau takut kehilanganku hingga berjaga-jaga jika ku melepasmu kau bisa kembali kepadanya.  Akupun betapa bodohnya saat itu yang membiarkanku terperangkap dalam sarangmu. Jaring laba-laba yang semakin ingin ku lepas, maka semakin kuat jaring itu.  Entahlah, aku juga tidak tahu keadaan yang sebenarnya.  Terlalu perih untuk di ingat. Terlalu sakit untuk kufikirkan.  Biarlah....semua tinggal aku jalani ke depan. Apapun yang akan terjadi.

Mantapkan Hati

Mantapkan diri, saatnya untuk mundur saja. Diri ini tidak siap untuk melaksanakan tugas. Meninggalkan mereka yang masih membutuhkan aku. Akupun tak sanggup untuk menitipkan tanggung jawab terhadap mereka pada orang lain walau mereka orang terdekat sekalipun.  Maafkan aku 

Persiapan Diri

Apapun yang akan terjadi di depan, semuanya harus dipersiapkan. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Semuanya harus dipasrahkan. Agar tidak terlalu berat di hati.  Terkadang apa yang kita sangkakan tidak sesuai. Terkadang apa yang kita perkirakan meleset jauh.  Seperti halnya kala itu, aku mengira habislah semuanya. Hanya tinggal aku Dan mereka. Ternyata Tuhan masih melindungiku. Dengan caranya. Dan aku bisa bertahan.  Demikian pula saat ini, aku tak boleh terlalu menyakitinya walaupun aku pernah tersakiti. Karena ke depan tak ada yang tahu. Apakah bersama lagi atau sudah harus menghentikan laju kapal ini.  Aku hanya memiliki mereka yang harus tetap aku perjuangkan.  Selah apapun atau sesakit apapun, aku tidak bisa meninggalkan mereka.  Masa depan mereka masih panjang. Kalau tak bisa kau perjuangkan maka lepaskan kami dan biarkan kami berjuang bersama-sama. Dengan sisa tenaga yang ku miliki. Aku akan terus bertahan. Menata kembali yang telah kau obrak abrik karena kebohonganmu. 

Saatnya Tuk Kembali

Kini saatnya aku kembali ke duniaku lagi. Dunia yang penuh dengan kesungguhan untuk mempelajari hal baru, bersosialisasi dengan teman-teman yang dari sana dari negara lain. Bercanda tawa riang gembira.  Ini bukan salahku, biarkan dia menyelesaikan sendiri, biarkan dia berusaha untuk mendapatkan semua karena tak mungkin juga kita menunggu terlalu lama.  Kami butuh legalitas, kami butuh untuk untuk masuk di lembaga. Kami butuh semuanya.  Jika kau terlalu pelan maka lihatlah tak akan lama kami pun akan menghilang. Jadi tetaplah kau di sana dan kami akan mencari kebenaran kami sendiri.  Tak perlu jadi penakut, tak perlu kau ragu u Tuk memperjuangkan hidup kami. Jika kau tak mau berjuang maka bersiap-siaplah untuk kami tinggalkan.  Jangan ada air mata lagi. Terlalu mahalo air mataku untuk menetes. Saatnya aku berbahagia. Kembali ke komunitasku semula.

Biarkan Mereka Bergembira

Anak-anak selama ini hanya bermain di dalam dan sekitar rumah saja. Tak ada teman bermain selain saudaranya sendiri.  Mungkin memang aku selama ini yang terlalu mengekangnya karena menurutku khawatir terkontaminasi oleh sikap dan sifat para anak-anak sekitar yang terkadang melampaui batas.  Dan hari ini aku baru menyadari jika anak-anak tersebut butuh teman. Butuh bersosialisasi. Butuh bermain tanah. Butuh untuk kotor. Butuh untuk bergembira bersama.  Betapa egoisnya aku selama ini. Mereka aku biarkan di sekitarku. Melihat diriku termangu dengan pikiran entah kemana.  Dan mereka hanya bermain itu saja. Mereka seharusnya memiliki dunianya. Bukan mengikuti duniaku. Biarlah hari ini mereka bermain sepuasnya. Biarkan mereka bergembira.